WELCOME TO Frisdiandi Blog
    Facebook Twitter Feedburner Google +1 Mail

Terjemahkan Kebahasa

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianBrazilJapaneseKoreanArabicChinese Simplified
Browse »Home » , , , , , » Lebih Susah Sukses Kalau Kita Sekolah

Lebih Susah Sukses Kalau Kita Sekolah

Lebih Susah Sukses Kalau Kita Sekolah


Ada yang melontarkan pernyataan seperti ini: Sukses memang susah, tapi lebih susah lagi kalau sukses tanpa sekolah.

Kebenaran memang bersifat relatif. Saya tidak berniat melakukan generalisasi. Saya hanya ingin menunjukkan kontra dari argumen di atas.

Bob Sadino, seorang entrepreneur terkemuka Indonesia justru memberikan nasehat seperti ini: kalau mau sukses, saya katakan pada kamu; besok kamu keluar sekolah.

Lawrence Ellison, pengusaha yang langganan jadi 10 orang terkaya di dunia berpesan kepada para mahasiswa: kemasilah barang dan isi benakmu dan keluar (sekolah) sekarang juga.
Robert T. Kiyosaki, seorang pengajar ilmu kekayaan ternama, menulis buku bestseller yang berjudul, “If you want to be rich and happy, don’t go to school.”

Soichiro Honda, pendiri perusahaan yang merajai pasar otomotif dunia pernah berkata dalam satu wawancara, “Sekolah terlalu banyak memberi apa yang saya tidak ingin ketahui, tapi justru sangat sedikit memberikan apa yang sungguh-sungguh saya ingin ketahui.”

John Lennon, musisi legendaris dunia, pernah menulis dalam buku hariannya:
“Disekolah, tidakkah mereka melihat bahwa aku jauh lebih pintar dari murid-murid lainya? Tidakkah mereka melihat bahwa para guru itulah sebenarnya yang bodoh..? Bahwa segala informasi yang mereka miliki dan ajarkan itu sama sekali tidak aku butuhkan. Ini sangat jelas bagiku.”

Bill Gates merasa kalau sekolah/kuliah justru memperlambat kecepatan suksesnya. Maka orang yang pada akhirnya jadi langganan nomor 1 terkaya di dunia ini cepat-cepat keluar dari Harvard University. Demikian pula tokoh terbaru dunia internet, Mark Zuckerberg, punya anggapan kuliahnya hanya akan mengganggu fokusnya terhadap pengembangan facebook. Jadi dia ikuti jejak seniornya dengan DO dari universitas yang sama.

Bagi Pele, pemain bola terbesar sepanjang masa, sekolah cuma mengganggu perjalanan suksesnya. Saat kelas empat SD dia cabut saja dari situ untuk lebih mudah meraih cita-cita, sebagai peraih tiga Piala Dunia (sepanjang masa hanya Pele yang bisa melakukannya. Jauh lebih baik dibanding nggak pernah lolos sekalipun ke PD).

Michael Jackson nggak pernah sekolah. Dan pastinya jika dia sekolah kujamin akan membuatnya lebih susah untuk jadi penyanyi pop terbesar sepanjang masa (bayangin aja kan waktunya buat nyanyi dan menyempurnakan dance dan vokalnya malah dihabiskan buat sekolah). Demikian pula eminem. Sekolah cuma menyusahkannya saja untuk jadi rapper paling terkenal. Dia keluar waktu SMA. Bob Marley, legenda musik reggae nomor satu, malah keluar lebih cepat yaitu sewaktu SMP.

Saya tuliskan di sini: manusia terlalu beragam untuk dipaksakan berada di satu tempat yang sama. Dengan kata lain, aku tidak setuju kalau semua orang wajib buat sekolah. Aku tidak setuju kalau sekolah disamakan dengan pendidikan. Dan akan kuperjuangkan prinsip ini selama aku masih hidup. Walau aku tak tahu apa yang bakal terjadi nanti. Hidup itu berproses.

Beberapa waktu yang lalu aku membaca wacana baru, yaitu sebuah buku berjudul Tinggalkan Sekolah Sebelum Terlambat. James Marcus Bach, penulisnya, memberi nasehat kepada kita, “Pendidikan memang penting, tetapi sekolah tidak.”
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Post a Comment

Radio FM

Followers

Entri Terpopuler

Label

animasi beregerak naruto
animasi beregerak naruto