TEKNOLOGI
Badai Sejak 1851 Dipetakan Jadi Grafik Visual
Grafik visual ini menunjukkan lokasi dan intensitas setiap badai.
JUM'AT, 14 SEPTEMBER 2012
(Credit: NASA, Space.com)
Jika anda ingin melihat sejarah panjang badai di muka bumi ini, Anda kini bisa mengetahuinya secara mudah. Kini terdapat sebuah grafik visual yang memetakan badai sejak 1851.
John Nelson, User Experience and Mapping manager IDV Solutions, sebuah
perusahaan visualisasi data, telah menyusun visualisasi data badai melalui peta yang menunjukkan lokasi dan intensitas setiap badai. Masuk dalam kriteria ini adalah badai tropis yang tercatat sejak 1851.
Mengutip laman NewScientist, Nelson menggunakan database akumulasi oleh US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Nelson memasukkan lebih dari 12.000 titik data dalam infografik ini.
Peta tersebut menggunakan skala Saffir-Simpson, yang memeringkat badai dengan kecepatan angin maksimum dari kategori 1 (lebih lambat dari 153 kilometer per jam) sampai ke kategori 5, di mana kecepatan angin puncak 252 km per jam. Badai lemah dalam infpgrafik ini diwakili oleh titik biru, sedangkan badai kuat ditandai dengan warna hijau listrik.
Nelson memilih sudut pandang bottom-up yang tidak biasa dari bumi, dengan Antartika sebagai pusat. Sebab, ia menemukan pandangan ini merupakan pandangan terbaik yang mewakili pola yang mendasari pembentukan badai.
Salah satu fitur yang sangat mencolok adalah tidak adanya jumlah titik-titik data di sekitar khatulistiwa, pita hitam antara dua lingkaran berwarna. Hal ini karena gaya Coriolis, sesuatu yang penting dalam pembentukan badai, yang menunjukkan badai terlalu lemah untuk beroperasi pada lintang khatulistiwa.
Sebelum mulai khawatir tentang tingginya jumlah badai yang diproyeksikan di seluruh Eropa dan Amerika Utara, data ini hanya merupakan representasi. Pencitraan satelit rinci dari belahan timur dan selatan merupakan perkembangan yang relatif baru, sehingga secara alami dan arsip NOAA kurang lengkap untuk bagian-bagian dunia seperti dapat dilihat pada grafik di bawah ini yang menunjukkan distribusi data yang tersedia dari waktu ke waktu.
John Nelson, User Experience and Mapping manager IDV Solutions, sebuah
perusahaan visualisasi data, telah menyusun visualisasi data badai melalui peta yang menunjukkan lokasi dan intensitas setiap badai. Masuk dalam kriteria ini adalah badai tropis yang tercatat sejak 1851.
Mengutip laman NewScientist, Nelson menggunakan database akumulasi oleh US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Nelson memasukkan lebih dari 12.000 titik data dalam infografik ini.
Peta tersebut menggunakan skala Saffir-Simpson, yang memeringkat badai dengan kecepatan angin maksimum dari kategori 1 (lebih lambat dari 153 kilometer per jam) sampai ke kategori 5, di mana kecepatan angin puncak 252 km per jam. Badai lemah dalam infpgrafik ini diwakili oleh titik biru, sedangkan badai kuat ditandai dengan warna hijau listrik.
Nelson memilih sudut pandang bottom-up yang tidak biasa dari bumi, dengan Antartika sebagai pusat. Sebab, ia menemukan pandangan ini merupakan pandangan terbaik yang mewakili pola yang mendasari pembentukan badai.
Salah satu fitur yang sangat mencolok adalah tidak adanya jumlah titik-titik data di sekitar khatulistiwa, pita hitam antara dua lingkaran berwarna. Hal ini karena gaya Coriolis, sesuatu yang penting dalam pembentukan badai, yang menunjukkan badai terlalu lemah untuk beroperasi pada lintang khatulistiwa.
Sebelum mulai khawatir tentang tingginya jumlah badai yang diproyeksikan di seluruh Eropa dan Amerika Utara, data ini hanya merupakan representasi. Pencitraan satelit rinci dari belahan timur dan selatan merupakan perkembangan yang relatif baru, sehingga secara alami dan arsip NOAA kurang lengkap untuk bagian-bagian dunia seperti dapat dilihat pada grafik di bawah ini yang menunjukkan distribusi data yang tersedia dari waktu ke waktu.
Post a Comment