Jinichi, Ninja Terakhir di Bumi
RABU, 12 SEPTEMBER 2012
Ditempatkan pada bingkai zaman ini,
Jinichi Kawakami mungkin jadi sebuah anakronisme. Ia mewarisi keterampilan dari
periode lima abad lalu, masa ketika nuklir dan Internet masih dianggap sebagai
kemustahilan. Lelaki Jepang berusia 63 tahun itu pun berhenti sebagai teknisi
dan memutuskan mengajar sejak satu dasawarsa silam.
"Jika saya mati," katanya,
"seni bela diri ninjutsu akan mati bersama saya."
Jinichi adalah ketua klan Ban yang
ke-21. Sejak tahun 2002, ia memutuskan menjadi pengajar ninjutsu, ilmu bela
diri, strategi, taktik berperang dan bergerilya, serta spionase, yang
dipraktikkan oleh shinobi (ninja) meski ia tahu abad ini tak lagi memberi ruang
longgar bagi 'pendekar' sepertinya.
"Tak ada lagi ninja sejati,"
ujarnya.
Di Jepang, Jinichi dianggap sebagai
ninja terakhir. Mendapat pelatihan ninjutsu sejak usia 6 tahun, ilmu yang ia
dapatkan langsung diturunkan oleh para ninja berpengaruh.
"Agaknya, saya disebut sebagai
ninja terakhir karena tak ada orang lain yang memelajari ilmu itu langsung dari
sumbernya seperti saya," ujarnya.
Menurutnya, para 'ninja' kini cuma ada
dalam fiksi atau terlibat dalam unjuk keterampilan demi mempromosikan Iga,
daerah yang terletak sekitar 350 km barat daya Tokyo. Dulunya, Iga adalah 'kampung'
ninja.
Misteri ninja
Jinichi menyebut bahwa sejarah ninja
diselubungi dengan misteri. "Ada beberapa gambar alat-alat yang mereka
gunakan. Tapi kami tak pernah menemukan secara utuh," katanya.
Gelapnya informasi tentang hal-ihwal
ninja disebabkan oleh tradisi yang mereka jaga: hanya menyampaikan pengetahuan
secara lisan. "Kami tak pernah mengetahui elemen apa saja yang hilang
dalam penyampaiannya," katanya.
Ketaklengkapan informasi itu membuat
banyak keterampilan ninja yang masih terlihat hari-hari ini sulit
diverifikasi.
"Kami tak bisa lagi membunuh dengan
racun. Meski kami bisa mengikuti petunjuk pembuatan racun, kami tak bisa
mencobanya," ujarnya.
Jurus andalan
"Manusia takkan selamanya bisa
waspada. Akan selalu ada saat ketika mereka lengah," kata Jinichi.
Kekuatan fisik bukan senjata utama
ninja. Tapi, bagaimana membuat sasaran menjadi lalai dengan keadaan sekeliling.
Bagi para jawara itu, mencari kelemahan
musuh adalah titik perhatian utama.
Kini, Kawakami, yang berguru ninjutsu
kepada Masazo Ishida, mulai melakukan penelitian di Universitas Mie, tempat ia
belajar sejarah ninja.
Baginya, takkan ada ketua klan Ban
ke-22. "Ninja tak lagi cocok bagi zaman ini," ujarnya.
Post a Comment